• Sel. Apr 23rd, 2024

Sambut Tahun Baru Selepas Pandemi, 17 Seniman Bandung Gelar Pameran Prelude

ByAdmin

Jan 24, 2023
Bandung

Pameran bersama seni rupa berjudul Prelude di Galeri Pusat Kebudayaan, Bandung. TEMPO/ANWAR SISWADI

 

berutababe,comBandung – Sebanyak 17 seniman Bandung menampilkan karya terbarunya dalam pameran bersama di Galeri Pusat Kebudayaan. Pameran Prelude itu berlangsung sejak 21-31 Januari 2023. Didominasi karya lukisan, kreasi lainnya berupa performance art, patung, grafis, anyaman foto, juga jahitan tangan.

Menurut kurator pameran Yogie A. Ginanjar, Prelude tidak sekadar menandai sebuah pameran seni di awal tahun Masehi 2023. Seperti tema atau latar yang diusung pada seniman lewat karyanya, ada juga refleksi ingatan soal kejadian pandemi, fenomena sekarang, dan harapan di masa depan. “Namun pameran ini tidak memiliki pretensi untuk menawarkan resolusi,” katanya menjelang pembukaan pameran, Sabtu, 21 Januari 2023.

Pengalaman di masa pandemi misalnya, terlihat pada karya berjudul Heal Me from Trauma buatan Wildan F. Akbar, 36 tahun. Menggunakan masker bekas pakai pada lukisannya, ia seperti menyandingkan atau menautkan kondisi menakutkan semasa wabah dengan kasus trauma psikologis pada anak akibat perlakuan orang tuanya dalam mendidik dan mengasuh.

REMP-728-90

Willy Himawan menampilkan karya seri yang dibuatnya semasa lockdown pada 2020. Berjudul Stretch & Strengthen The Series sebanyak empat lembar berukuran masing-masing 42 x 29 sentimeter, dia menggambar seseorang yang melakukan gerakan yoga. Temanya menyimbolkan kekuatan manusia pada kehidupannya yang rapuh.

Pengunjung pameran Prelude di depan karya anyaman foto berjudul Dzikr buatan Patriot Mukmin. TEMPO/ANWAR SISWADI

Mundur jauh ke belakang, Angga Wedhaswara menyuguhkan permorfance art dan artefak berlatar sejarah di ruang galeri. Berjudul Hujan di Pulau Ubi, karyanya semacam obituari atas wafatnya Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, pemimpin Darul Islam/Tentara Islam Indonesia. Adapun Dzikra Afifah pada karya patung berjudul Transmitter misalnya, bercerita soal proses menjaga intensitas berkarya untuk memelihara daya hidup ibarat membawa tubuh yang tengah mengandung.

Sementara Arman Jamparing alias Act Move, masih setia dengan karya bercorak street art atau seni jalanan. Pada karya terbarunya yang berjudul Mabal Movement, ia memasang empat gambar sejenis hasil cetakan pada kertas. Berukuran jumbo yaitu 4,4 x 3,4 meter persegi, temanya mengenai proses dalam menjalani hiruk pikuk kenyataan yang penuh sensasi.

Muhammad Reggie Aquara lewat dua judul karya serinya, terinspirasi perilaku sebagian orang yang senang mengejar realitas buatan dan mengekspos diri. Dia melukiskan fenomena itu lewat olahan semen yang diwarnai berlapis dengan teknik gradasi. Lapisan pertama untuk mengaburkan efek ilusi dan realitas fisik dari cat, lalu lapisan terakhirnya untuk memperindah lukisannya yang bercorak abstrak.

BACA LAINNYA  :

Beri Jempol Transformasi Digital Kemenkes, Menteri PANRB: Lompatan Signifikan Sektor Kesehatan RI

By Admin