Kisah Sang Proklamator Kemerdekaan Indonesia Halo, Sobat SMP! Setiap tanggal 17 Agustus kita selalu memperingati Hari Ulang Tahun Republik Indonesia. Tanggal tersebut adalah sebuah momen penting untuk mengingat kilas balik perjuangan para pahlawan bangsa dalam meraih Indonesia.
Pada tanggal itu juga naskah proklamasi dibacakan dan ditandatangani oleh dua orang putra bangsa yang sangat membanggakan. Kedua putra bangsa itu merupakan pahlawan proklamator yang tak lain tak bukan adalah Ir. Soekarno dan juga Dr. Drs. H. Mohammad Hatta.
Kiprah “pasangan emas” dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia sudah tidak diragukan lagi. Memang mereka tidak berjuang secara fisik dan senjata seperti pahlawan-pahlawan lain, akan tetapi mereka berjuang melalui ide-ide, pemikiran kritis, dan juga diplomasi kepada pemerintahan kolonial.
Soekarno
Presiden pertama Republik Indonesia ini bernama Soekarno, atau mungkin kita lebih akrab mendengar panggilan Bung Karno. Soekarno lahir di Blitar pada 6 Juni 1901. Masa kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar. Semasa sekolah dasar hingga tamat, Soekarno indekos di rumah Haji Oemar Said Tjokroaminoto (HOS Tjokroaminoto) yang merupakan politisi kawakan pendiri Syarikat Islam.
Kemudian melanjutkan sekolah di HBS (Hogere Burger School). Saat belajar di HBS itu, Soekarno telah memupuk rasa nasionalisme dalam sanubarinya. Usai lulus HBS pada tahun 1920, beliau pindah ke ibukota Jawa Barat dan melanjut ke THS (Technische Hoogeschool) atau sekolah Teknik Tinggi yang sekarang disebut sebagai Institut Teknologi Bandung. Beliau pun berhasil meraih gelar insinyur pada 25 Mei 1926.
Kiprah Soekarno pun berlanjut ke bidang politik. Kemudian, sang proklamator merumuskan ajaran Marhaenisme serta mendirikan sebuah partai yang bernama PNI (Partai Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927. Tujuan diberdirikannya partai ini adalah untuk menuju Indonesia merdeka.
Kompeni yang tidak senang dengan pergerakan Soekarno mengambil tindakan agar pemerintahan Hindia-Belanda saat itu masih bisa berdiri kokoh di tanah jajahannya. Akibatnya Belanda menjebloskan Soekarno ke penjara Sukamiskin yang berada di di Bandung pada 29 Desember 1929.
Delapan bulan mendekam di jeruji besi, ia pun baru disidangkan. Dalam pidato pembelaannya yang berjudul “Indonesia Menggugat”, beliau menggambarkan kondisi politik internasional dan keadaan rakyat Indonesia di bawah belenggu kolonialisme.
Pembelaannya itu membuat Belanda semakin marah sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan. Setelah bebas pada tahun 1931, beliau bergabung dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali ditangkap Belanda dan diasingkan ke Ende, Flores, pada tahun 1933. Empat tahun kemudian ia dipindahkan ke Bengkulu.
Setelah menelan berbagai pil pahit, perjuangannya tidaklah sia-sia. Pada Agustus 1945 ia bersama Moh. Hatta dan tokoh nasional lainnya menyusun naskah proklamasi yang akhirnya dibacakan pada 17 Agustus 1945. Pembacaan naskah ini sekaligus mengukuhkan kedaulatan Republik Indonesia.
Mohammad Hatta
Mohammad Hatta atau yang akrab dipanggil Bung Hatta adalah seorang pemikir, negarawan, ekonom, dan sekaligus menjadi Wakil Presiden Indonesia yang pertama mendampingi Soekarno. Ia lahir pada 12 Agustus 1902 di Bukittinggi, Sumatra Barat.
Pendidikan masa kecil Moh. Hatta dimulai dari Sekolah Rakyat. Ia juga kental dengan pelajaran agama karena dilahirkan di lingkungan keluarga yang kuat akan ilmu agama. Beranjak dewasa, ia menempuh pendidikan di sekolah MULO. Selama pendidikan, beliau mempelajari banyak hal di luar pelajaran formal seperti keorganisasian. Kecintaannya terhadap organisasi masih terbawa saat ia melanjutkan pendidikan di PHS (Prins Hendrik School) pada 1921. Ia aktif menjadi bagian dari Jong Sumatranen Bond.
Ia pun lulus dari PHS dan mendapat beasiswa kuliah di Handelshogeschool, Rotterdam, Belanda, Moh. Hatta kembali menambah kapasitas ilmunya dengan mempelajari hal-hal seperti tata negara dan juga ekonomi kolonial.
Keaktifan dalam organisasi tak terhenti, sejak Februari 1922, Bung Hatta telah terpilih menjadi bendahara di Indische Vereeniging, sebuah organisasi yang dipimpin oleh dr. Sutomo bersama dengan tokoh-tokohnya lainnya seperti dr.Sjaaf, Kaligis dan dr. Sarjito. Dalam perkembangannya pada tahun 1925 Indische Vereeniging diganti menjadi Perhimpunan Indonesia.
Di tahun 1925 itu, anggota Perhimpunan Indonesia mengumpulkan beberapa ratus golden untuk mengongkosi perjalanan dua orang ekonom dari perhimpunan Indonesia yaitu Moh. Hatta dan Syahrir untuk mempelajari cara mempraktekan koperasi di Denmark, Swedia dan Norwegia. Keberhasilan negara-negara tersebut dalam menjalankan koperasi menjadi tujuan dari Moh. Hatta dan Syahrir untuk mengembangkan ekonomi koperasi di Tanah Air. Jadi tidak salah kalau sekarang Moh. Hatta disebut sebagai Bapak Koperasi Indonesia.
Atas desakan seluruh anggota, Moh. Hatta dicalonkan sebagai ketua dan tahun 1926 terpilih sebagai ketua Perhimpunan Indonesia. Sebagai Ketua Perhimpunan Indonesia Bung Hatta dapat menyampaikan gagasan-gagasannya terkait politik yang dianut dan akan dijalankan Perhimpunan Indonesia. Namun sama seperti Soekarno, Belanda menganggap ini adalah sebuah ancaman bagi pemerintahan kolonial.
Dalam masa perjuangan politiknya itu, Bung Hatta pernah ditangkap dan dipenjara dengan tuduhan menjadi anggota perhimpunan terlarang, terlibat dalam pemberontakan, dan menghasut untuk menentang Kerajaan Belanda. Setelah mendekam selama lima setengah bulan, berkat pembelaan dan perjuangan hukum teman-temannya beliau dibebaskan dari segala tuduhan.
Tak sampai di situ, bahkan dia juga pernah diasingkan oleh Belanda ke Digul dan Banda Neira. Saat pengasingan, ia menulis artikel-artikel untuk koran di Jakarta dan majalah-majalah di Medan yang tidak terlalu bermuatan politis. Tulisan-tulisan tersebut justru lebih bersifat menganalisis dan mendidik pembacanya.
Saat Jepang menduduki Indonesia, Hatta dibebaskan dan dijadikan penasihat oleh pemerintahan Jepang. Hal ini dimanfaatkan oleh Hatta untuk membela kepentingan rakyat Indonesia. Ia pun turut andil dalam keanggotaan Panitia Sembilan dan PPKI sebagai media persiapan kemerdekaan Indonesia.
Setelah perjuangan panjangnya, ia berhasil mewujudkan keinginan rakyat untuk memerdekakan Indonesia. Bersama dengan Soekarno, beliau menorehkan tinta “atas nama bangsa Indonesia” di dalam naskah proklamasi.
Perjuangan kedua pasangan emas tersebut dalam memerdekakan Indonesia tak lagi dimungkiri. Mereka pun diangkat menjadi pahlawan proklamasi secara resmi pada tahun 2012 setelah sebelumnya status tersebut mengalami distorsi berkali-kali.
Jadi, itulah sepenggal kisah pasangan proklamator yang menjadi kebanggaan Indonesia. Tanpa mereka dan pahlawan-pahlawan lain, saat ini kita belum tentu bisa menghirup udara bebas kemerdekaan. Terima kasih, Sang Proklamator!
Menilik Semangat Perjuangan di Balik Lagu Indonesia Raya
Sobat SMP tentu saja sudah sering mendengar lagu kebangasaan Indonesia Raya dikumandangkan dalam berbagai acara kenegaraan. Namun sebelum menjadi lagu kebangsaan seperti sekarang, sang pencipta lagu, Wage Rudolf Soepratman, harus melewati perjuangan yang tak mudah.
Wage Rudolf Soepratman atau W.R Supratman lahir pada tanggal 19 Maret 1903. Beliau adalah seorang wartawan dan pemain musik. Sebelum memutuskan menjadi wartawan Kaoem Kita (1924-1925) dan Sin Po (1926-1933), beliau sempat berprofesi sebagai guru. W.R Supratman adalah pemuda yang tidak pernah absen menghadiri Kongres Pemuda I dan II.
Penciptaan lagu Indonesia Raya oleh W.R. Soepratman bermula ketika beliau membaca artikel mengenai “Manakah komponis Indonesia yang bisa menciptakan lagu kebangsaan Indonesia yang dapat membangkitkan semangat rakyat?” dalam majalah Timboel terbitan Solo. Hati Soepratman kemudian tergerak. Hingga pada suatu malam di tahun 1926, Soepratman mulai menuliskan not-not lagu Indonesia dan membuat lagu.menggunakan biola.
Pada Kongres Pemuda II tanggal 28 Oktober 1928 di Gedung Indonesische Clubgebouw, Jl Kramat Raya 106 lagu Indonesia Raya pertama kali dibawakan dengan alat musik biola dan tanpa lirik. Sebagian peserta kongres mencoba merangkul W.R. Supratman dengan mata berkaca-kaca. Ada yang bertepuk tangan. Ada Pula yang bersorak meminta lagu dimainkan ulang. Sebaliknya, perwakilan pemerintah kolonial serta polisi rahasia Belanda terbengong-bengong. Mereka tak mengerti apa yang baru saja terjadi. Mereka menganggap lagu yang dimainkan tidak lebih dari hiburan semata dan tidak berbahaya.
Semenjak saat itu nama W.R. Supratman semakin populer seiring dengan partitur dan lagu Indonesia Raya—mulanya berjudul “Indonesia”—yang dirilis oleh Sin Po edisi Sabtu, 10 November 1928. Selebaran berisikan partitur dan lirik tiga stanza Indonesia Raya juga turut disebarkan.
Tak berhenti sampai di situ, W.R. Supratman lalu menemui seorang kawannya yang memiliki studio rekaman, bernama Yo Kim Tjan. Di studio rekaman tersebut, W.R. Supratman membuat rekaman piringan hitam lagu Indonesia Raya versi instrumen biola beserta suaranya dan versi orkes keroncong. Keroncong saat itu merupakan musik yang populer di kalangan pemuda. Besar harapan W.R. Supratman agar lagu kebangsaan kian dikenal luas.
Setelah kongres pemuda II berlangsung, Lagu Indonesia Raya semakin dikenal oleh seluruh kalangan. Partai Nasional Indonesia (PNI) pada kongres kedua di Batavia, 18-20 Mei 1929 tak hanya berdiri menyanyikan lagu Indonesia Raya, bahkan menjadikan lagu Indonesia Raya sebagai sebuah lagu kebangsaan. Begitu pula yang terjadi pada Kongres PNI di Bandung, 15 September 1929, para peserta kongres berdiri lalu bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan penuh semangat.
Puncaknya, pada 1930, pemerintah kolonial yang sudah kepalang pusing mengambil tindakan represif. Lagu Indonesia Raya dinyatakan berbahaya karena telah mengganggu ketertiban dan ketentraman umum. Pemerintah kolonial juga melarang lagu Indonesia Raya dinyanyikan dan diperdengarkan di hadapan umum. Selain itu, dilarang pula mengedarkan notasi dan lirik lagu Indonesia Raya dalam bentuk apapun, seperti buku, pamflet, surat kabar, dan piringan hitam.
Pada akhirnya W.R. Supratman dipanggil oleh aparat Belanda. Ia diinterogasi maksud dan tujuan menciptakan lagu Indonesia Raya karena lagu tersebut tampak berusaha menghasut rakyat untuk memberontak terhadap pemerintah kolonial. W.R. Supratman membantah tuduhan yang ditujukan kepadanya dengan memberikan bukti-bukti kuat. Ia akhirnya dilepaskan kembali.
17 Agustus 1938 (Rabu Wage) W.R. Soepratman meninggal dunia di Jalan Mangga 21 Surabaya dan dimakamkan di kuburan umum Kapas Jalan Kenjeran Surabaya secara Islam. Pesan Terakhir dari W.R.Soepratman “Nasibkoe soedah begini inilah jang disoekai oleh pemerintah Hindia Belanda. Biarlah saja meninggal saja ikhlas. Saja toch soedah beramal, berdjoeang dengan carakoe, dengan bolakoe, saja jakin Indonesia pasti Merdeka”
Tahun 1944, usai menderita kekalahan dimana-mana, Jepang membentuk Panitia Lagu Kebangsaan yang diketuai oleh Ir. Soekarno. Sebanyak tiga kali, panitia melakukan perubahan atas naskah asli W.R. Soepratman ini. Lagu Indonesia Raya kemudian dikumandangkan kembali secara resmi pada saat Indonesia merdeka.
Hingga kini lagu tersebut selalu dinyanyikan pada setiap kesempatan, baik formal maupun informal. Sesuai tujuan awal penciptaan, pada kenyataanya lagu ini memang dapat membangkitkan semangat rakyat yang menyanyikannya.
Lagu Indonesia Raya 3 Stanza
Tahukah Sobat SMP bahwa lagu Indonesia Raya memiliki lirik 3 stanza yang mengandung makna dan doa didalamnya? Ketika diciptakan pertama kali oleh W.R Supratman, tidak ada lirik “Indonesia Raya” di dalamnya melainkan “Indonesia Mulia”.
“Indonesia Mulia, Merdeka, Merdeka”
Bukan hanya lirik semata, lirik yang dituliskan mengandung makna mendalam sekaligus doa bagi bangsa Indonesia. Sejatinya, lagu Indonesia Raya yang dinyanyikan sekarang merupakan lagu di stanza pertama yang berkisah tentang Indonesia yang saat itu belum bersatu.
Makna yang mendalam juga terdapat pada stanza kedua, yakni sebuah doa yang tulus dari seluruh masyarakat Indonesia yang mengharapkan Indonesia sebagai negara yang bahagia. Sedangkan lirik di stanza ketiga menggambarkan janji dan sumpah dari seluruh rakyat Indonesia. Sebuah sumpah janji setia terhadap keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Berikut lirik lagu Indonesia Raya 3 stanza selengkapnya:
I
Indonesia tanah airku
Tanah tumpah darahku
Di sanalah aku berdiri
Jadi pandu ibuku
Indonesia kebangsaanku
Bangsa dan tanah airku
Marilah kita berseru
Indonesia bersatu
Hiduplah tanahku
Hiduplah negeriku
Bangsaku Rakyatku Semuanya
Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya
(Ulangan)
Indonesia Raya
Merdeka, Merdeka
Tanahku, Negriku yang kucinta
Indonesia Raya
Merdeka, merdeka
Hiduplah Indonesia Raya
II
Indonesia, tanah yang mulia
Tanah kita yang kaya
Disanalah aku berdiri
Untuk slama-lamanya
Indonesia, tanah pusaka
Pusaka kita semuanya
Marilah kita mendoa
Indonesia bahagia
Suburlah tanahnya
Suburlah jiwanya
Bangsanya, Rakyatnya, Semuanya
Sadarlah hatinya
Sadarlah budinya
Untuk Indonesia Raya
(Ulangan)
Indonesia Raya
Merdeka, Merdeka
Tanahku, Negriku yang kucinta
Indonesia Raya
Merdeka, merdeka
Hiduplah Indonesia Raya
III
Indonesia, tanah yang suci
Tanah kita yang sakti
Di sanalah aku berdiri
M’njaga ibu sejati
Indonesia, tanah berseri
Tanah yang aku sayangi
Marilah kita berjanji
Indonesia abadi
S’lamatlah rakyatnya
S’lamatlah putranya
Pulaunya, Lautnya, Semuanya
Majulah negrinya
Majulah pandunya
Untuk Indonesia Raya
(Ulangan)
Indonesia Raya
Merdeka, Merdeka
Tanahku, Negriku yang kucinta
Indonesia Raya
Merdeka, merdeka
Hiduplah Indonesia Raya
Penulis: Pengelola Web Direktorat SMP
Referensi:
Makna Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dalam Berbagai Aspek
Pada Jumat, 17 Agustus 1945, Presiden Soekarno memproklamirkan kemerdekaan negara Indonesia di rumahnya yang berada di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta. Secara lantang, Soekarno membacakan naskah proklamasi yang telah dirumuskan semalam suntuk bersama para tokoh-tokoh proklamasi lainnya.
Dengan dibacakannya proklamasi, Indonesia menyatakan bahwa telah bebas dari belenggu penjajahan yang mengikat sejak ratusan tahun silam. Kabar gembira ini langsung disiarkan melalui berbagai media seperti radio, media cetak, hingga utusan daerah.
Bisakah sobat SMP bayangkan bagaimana jika sampai saat ini proklamasi belum dibacakan dan kita masih terjajah? Mungkin sekarang kita tidak dapat menikmati makanan dengan nikmat, atau kita belum tentu bisa mengenyam pendidikan dengan layak.
Peristiwa penting ini memang hanya berlangsung selama kurang lebih satu jam, tetapi telah membawa perubahan yang besar bagi bangsa Indonesia. Oleh karena itu, proklamasi kemerdekaan Indonesia dapat dijadikan sebagai tonggak pembaruan kehidupan bangsa Indonesia di segala aspek kehidupan.
Perjuangan dari masa kolonial hingga perumusan proklamasi sangatlah panjang sehingga proklamasi sendiri memiliki makna yang sangat berarti bagi bangsa Indonesia. Kira-kira apa saja sih makna proklamasi dalam berbagai aspek? Yuk simak artikel ini untuk mengetahui informasi selengkapnya!
- Politik
Dalam aspek politik, tentunya Indonesia memiliki kedaulatan rakyat yaitu pengakuan dari segenap rakyat Indonesia bahwa pemerintahan Indonesia sebagai kekuasaan pemerintahan tertinggi dan terlepas dari segala bentuk penjajahan. Inilah yang diperjuangkan oleh rakyat Indonesia sejak dulu.
- Sosial
Segala bentuk diskriminasi rasial dihapuskan dari bumi bangsa Indonesia. Selain itu juga, semua warga negara Indonesia dinyatakan memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam segala bidang. Tidak ada perbedaan suku, agama, dan sebagainya. Hanya ada satu kata, yakni Indonesia.
- Ekonomi
Dalam aspek ekonomi, terdapat kewenangan bagi bangsa Indonesia untuk menuju masyarakat sejahtera dengan kekuasaan menguasai dan mengelola sumber-sumber daya ekonomi secara mandiri. Tidak ada lagi monopoli-monopoli dan perampasan hak kekayaan negara oleh bangsa asing.
- Budaya
Makna proklamasi dalam aspek budaya bagi adalah negara Indonesia memiliki kepribadian nasional yang berasal dari kebudayaan bangsa indonesia itu sendiri. Nilai-nilai kepribadian bangsa ini tecermin dalam Pancasila mulai dari ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi, hingga keadilan sosial.
- Pendidikan
Dalam aspek yang terakhir, pendidikan di Indonesia dapat merdeka seutuhnya ketika seluruh rakyat Indonesia baik wanita maupun pria, baik yang miskin maupun yang kaya, dapat menempuh pendidikan yang sesuai. Standar kualitas setiap lembaga pendidikan mempunyai kesamaan taraf guna membangun generasi yang berkualitas.
Jadi, itulah tadi beberapa makna proklamasi dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Seluruh makna tersebut dapat dirangkum menjadi satu, yakni Indonesia telah sampai ke pintu gerbang kemerdekaan yang merdeka, berdaulat, adil, dan makmur.
Sobat SMP, hargailah kiprah para pahlawan-pahlawan bangsa yang sudah berjuang dari dahulu sampai sekarang. Mari kita lanjutkan perjuangan-perjuangan tersebut agar Indonesia bisa terus melangkah maju menuju masa depan yang sukses dan berbahagia. Merdeka!