• Jum. Apr 26th, 2024

3 Pesona Keindahan Padang Rumput Sadengan Kabupaten Banyuwangi

Banyuwangi

Pesona Keindahan Padang Rumput Sadengan Banyuwangi

Pesona Keindahan Padang Rumput Sadengan Banyuwangi

Informasi umum

Padang Rumput sadengan adalah salah satu tempat wisata alam yang berada di Banyuwangi. Kota Banyuwangi merupakan salah satu kota yang terletak di wilayah Jawa Timur. Tempat wisata ini ramai wisatawan pada hari hari biasa maupun pada weekand atau hari libur. Tempat sangat indah dan bisa memberikan suasana yang memberikan sensasi yang berbeda dengan aktivitas yang anda lakukan biasanya. Padang Rumput Sadengan ini terbentuk dari kerusakan hutan sehingga membentuk hamparan rumput yang luas dan disebut dengan padang rumput semi alami.

Lokasi

Padang Rumput Sadengan terletak dalam kawasan Taman Nasional Alas Purwo di Semenanjung Blambangan di Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur. Berada sekitar 2 km dari pintu masuk Pos Rawa Bendo, Taman Nasional Alas Purwo.

Daya Tarik

Tempat wisata di Banyuwangi cukup menarik untuk dikunjungi. Kota Banyuwangi memiliki banyak beberapa tempat wisata alam salah satunya wisata Padang Rumput Sadengan merupakan tempat wisata yang harus anda kunjungi karena pesona keindahannya tidak ada duanya. Padang Rumput atau savana Sadengan adalah padang rumput dengan luas 80 hektar yang memiliki hamparan rumput yang luas. Padang Rumput Sadengan merupakan lokasi yang dipilih dalam pengelolaan sebagai habitat bagi para satwa termasuk Banteng dalam merumput / mencari makan para pengunjung bisa menjumpai ataupun mengamati Banteng diwaktu pagi sekitar pukul 06.00 WIB – 09.00 WIB atau sore hari sekitar pukul 15.30 WIB – 17.00WIB.

Disana juga terdapat sebuah gubuk dengan tiga lantai. Para pengunjung bisa melihat secara langsung satwa liar dari ketinggian. Karena terlihat dari ketinggian pemandangan yang terlihat akan semakin tampak mempesona.Jika anda ingin menelusuri Padang Rumput Sadengan ini selain hanya pergi berlibur, Para Penelusur juga dapat mendapat berbagai pengetahuan tentang satwa-satwa di Indonesia. 29 Daftar Tempat Wisata di Banyuwangi Jawa Timur

Fasilitas

Fasilitas yang disediakan di wisata adalah penginapan khusus untuk penelitian, tempat penyewaan mobil jeep, Area Parkir kendaraan, Mushola, Kamar mandi / MCK, dan masih banyak lainya

Transportasi

Untuk mengunjungi lokasi wisata Padang Rumput Sadengan anda bisa menggunakan mobil jeep, anda bisa menyusuri jalanan menuju Sadengan dengan lebih mudah karena jalannya masih alami dan berupa bebatuan tanpa aspal yang mulus.

Saran dan Tips

Sebelum anda bepergian wisata jangan lupa untuk menyiapkan segala perlengkapan, dan jangan lupa membawa kamera untuk mengabadikan moment bersama keluarga ataupun teman-teman anda. Bawalah Obat-obatan untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan. Setelah itu periksa kondisi kendaraan anda supaya liburan anda berjalan dengan lancar. Jaga kondisi diri anda dan selalu berhati – hati.

 

Peta Lokasi

Demikianlah sedikit ulasan mengenai Pesona Keindahan Padang Rumput Sadengan Banyuwangi yang dapat saya tulis di sini. Semoga bisa menginspirasi anda semua untuk mencoba berwisata ke Padang Rumput Sadengan Banyuwangi Semoga informasi yang saya berikan bisa bermanfaat untuk anda semua. Terimakasih selamat berwisata.

BACA LAINNYA : 7 Objek Wisata Budaya di Dieng

10 Tempat wisata di Lewoleba Lembata

Sejarah

Sejarah Banyuwangi tidak lepas dari sejarah Kerajaan Blambangan. Pada pertengahan abad ke-17, Banyuwangi merupakan bagian dari Kerajaan Hindu Blambangan yang dipimpin oleh Pangeran Tawang Alun. Pada masa ini secara administratif VOC menganggap Blambangan sebagai wilayah kekuasannya, atas dasar penyerahan kekuasaan Jawa bagian timur (termasuk Blambangan) oleh Pakubuwono II kepada VOC. Padahal Mataram tidak pernah bisa menguasai daerah Blambangan yang saat itu merupakan kerajaan Hindu terakhir di Pulau Jawa. Namun VOC tidak pernah benar-benar menancapkan kekuasaannya sampai pada akhir abad ke-17, ketika pemerintah Inggris menjalin hubungan dagang dengan Blambangan. Daerah yang sekarang dikenal sebagai “kompleks Inggrisan” adalah bekas tempat kantor dagang Inggris.[7]

 

VOC segera bergerak untuk mengamankan kekuasaannya atas Blambangan pada akhir abad ke-18. Hal ini menyulut perang besar selama lima tahun (1767–1772). Dalam peperangan itu terdapat satu pertempuran dahsyat yang disebut Puputan Bayu sebagai merupakan usaha terakhir Kerajaan Blambangan untuk melepaskan diri dari belenggu VOCPertempuran Puputan Bayu terjadi pada tanggal 18 Desember 1771 yang akhirnya ditetapkan sebagai hari jadi Banyuwangi. Sayangnya, perang ini tidak dikenal luas dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan kompeni Belanda. Namun pada akhirnya VOC-lah yang memperoleh kemenangan dengan diangkatnya R. Wiroguno I (Mas Alit) sebagai Bupati Banyuwangi pertama dan tanda runtuhnya Kerajaan Blambangan. Tetapi perlawanan sporadis rakyat Blambangan masih terjadi meskipun VOC sudah menguasai Blambangan. Itu bisa terlihat dengan tidak adanya pabrik gula yang dibangun oleh VOC saat itu, berbeda dengan kabupaten lainnya di Jawa Timur.[butuh rujukan]

 

Tokoh sejarah fiksi yang terkenal adalah Putri Sri Tanjung yang di bunuh oleh suaminya di pinggir sungai karena suaminya ragu akan janin dalam rahimnya bukan merupakan anaknya tetapi hasil perselingkuhan ketika dia ditinggal menuju medan perang. Dengan sumpah janjinya kepada sang suami sang putri berkata: “Jika darah yang mengalir di sungai ini amis memang janin ini bukan anakmu tetapi jika berbau harum (wangi) maka janin ini adalah anakmu”. Maka seketika itu darah yang mengalir ke dalam sungai tersebut berbau wangi, maka menyesalah sang suami yang dikenal sebagai Raden Banterang ini dan menamai daerah itu sebagai Banyuwangi.[butuh rujukan]

 

Tokoh sejarah lain ialah Minak Djinggo, seorang Adipati dari Blambangan yang memberontak terhadap Kerajaan Majapahit dan dapat ditumpas oleh utusan Majapahit, yaitu Damarwulan. Namun sesungguhnya nama Minak Djinggo bukanlah nama asli dari adipati Blambangan. Nama tersebut diberikan oleh sebagian kalangan istana Majapahit sebagai wujud olok-olok kepada Brhe Wirabumi yang memang putra prabu hayam wuruk dari selir.

Bagi masyarakat Blambangan, cerita Damarwulan tidak berdasar. Cerita ini hanya bentuk propaganda Mataram yang tidak pernah berhasil menguasai wilayah Blambangan yang saat itu disokong oleh kerajaan Hindu Mengwi di Bali.

By Admin