Beritababe, Colombo, 30 Juni 2025 – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan peringatan darurat terhadap penyebaran virus misterius baru yang diduga mirip Nipah, dan kini mulai menyebar cepat di wilayah Asia Selatan, terutama di Sri Lanka dan India Selatan. Virus yang belum diberi nama resmi ini memicu kekhawatiran internasional akan potensi pandemi baru, menyusul gejala fatal dan tingkat kematian yang tinggi.
⚠️ Gejala Serius dan Tingkat Kematian Tinggi
Pasien yang terinfeksi mengalami gejala demam tinggi, kejang, muntah, disorientasi, dan dalam banyak kasus, pembengkakan otak (ensefalitis). Waktu inkubasi virus sangat singkat – hanya 2 hingga 4 hari – dan sekitar 35% pasien meninggal dunia dalam waktu kurang dari seminggu setelah gejala muncul.
“Kami menghadapi virus yang sangat agresif, dengan tingkat penularan cepat dan dampak neurologis parah,” kata Dr. Ravi Menon, pakar penyakit menular dari India Institute of Virology.
🦇 Penularan dari Hewan ke Manusia
Investigasi awal menyimpulkan bahwa virus kemungkinan berasal dari kelelawar buah, hewan yang sebelumnya juga menjadi inang virus Nipah di masa lalu. Warga di beberapa desa dilaporkan mengonsumsi buah yang sudah digigit kelelawar atau berinteraksi langsung dengan kotoran hewan liar tersebut.
Pemerintah Sri Lanka telah menetapkan zona karantina di lima distrik dan menutup lebih dari 250 sekolah. Sementara di India, negara bagian Kerala dan Tamil Nadu memperketat pengawasan serta menutup pasar-pasar tradisional yang menjual hasil hutan mentah.
🌐 Respon Internasional dan Mitigasi Dini
WHO bekerja sama dengan CDC (AS), MSF, dan otoritas lokal untuk menyuplai alat uji laboratorium, mendirikan rumah sakit darurat, dan melatih tenaga medis di lokasi. WHO juga menyarankan penutupan sementara jalur wisata alam di wilayah terdampak untuk mencegah penularan lintas daerah.
🔎 Ancaman Potensial Menjadi Pandemi
Para ilmuwan memperingatkan bahwa virus Nipah-like ini dapat mengalami mutasi yang membuatnya lebih mudah menular antarmanusia. Saat ini, penularan masih dominan terjadi karena kontak langsung, namun bukti baru menunjukkan kemungkinan penularan lewat aerosol (percikan udara dalam ruangan).
“Jika mutasi terjadi pada protein lonjakan virus, maka potensi penyebaran global bisa terjadi dalam waktu cepat,” kata Prof. Anya Rahman, peneliti virus zoonosis dari WHO.
👥 Kampanye Kesadaran dan Pencegahan Warga
Pemerintah lokal mulai menyebarkan edukasi publik tentang bahaya konsumsi buah yang terkontaminasi, pentingnya kebersihan, dan isolasi mandiri saat demam. Warga diminta melapor jika mengalami gejala demam tinggi atau kejang dalam 24 jam.
Bahkan, sekolah-sekolah di kota besar seperti Colombo dan Chennai mulai menggelar kelas daring sebagai langkah antisipatif.
🧬 Pelajaran dari Pandemi COVID-19
Masyarakat dunia masih mengingat dampak besar pandemi COVID-19 yang dimulai dengan wabah lokal dan akhirnya menyebar secara global. Kali ini, dengan deteksi yang lebih cepat dan kesadaran publik yang meningkat, para ahli berharap penyebaran virus bisa dikendalikan sebelum menjadi pandemi besar.
🔚 Kesimpulan
Wabah virus mirip Nipah di Asia Selatan merupakan ancaman nyata yang tidak boleh diremehkan. Kolaborasi internasional, deteksi dini, dan edukasi publik adalah kunci untuk mencegah krisis kesehatan global berikutnya. Dunia tidak boleh lengah, karena penyakit baru bisa muncul dari tempat yang paling tidak terduga.