• Sab. Jun 21st, 2025

Beritababe

Nyok Baca Berita Dari Babe DIjamin Aktual Gak Boong

WHO Umumkan Darurat Global Akibat Wabah Flu Burung H5N7, Ancaman Pandemi Baru Kian Nyata

Flu Burung

Flu Burung

Jenewa, 19 Juni 2025 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) resmi menyatakan status Darurat Kesehatan Global atas merebaknya virus flu burung varian baru H5N7, yang kini telah menyebar di tiga benua dan menunjukkan kemampuan penularan antarmanusia secara terbatas.

Pengumuman ini menghidupkan kembali bayang-bayang pandemi COVID-19 yang melanda dunia lima tahun sebelumnya, dan menimbulkan pertanyaan besar: apakah dunia siap menghadapi pandemi baru?

Asal Usul dan Perkembangan Kasus Flu Burung

Virus H5N7 pertama kali terdeteksi pada April 2025 di sebuah peternakan unggas di provinsi Guangdong, Tiongkok. Tidak lama setelah itu, kasus penularan pada manusia mulai bermunculan, terutama di antara pekerja peternakan dan pedagang pasar unggas hidup.

Dalam waktu dua bulan, virus ini telah menyebar ke India, Vietnam, Thailand, Korea Selatan, dan bahkan muncul kasus terkonfirmasi di Eropa (Spanyol dan Jerman) serta Amerika Serikat.

Menurut WHO, per 19 Juni 2025, telah tercatat 947 kasus terkonfirmasi dengan angka kematian 10,6%. Ini menempatkan H5N7 sebagai virus dengan tingkat kematian tinggi namun dengan kemampuan penyebaran yang masih tergolong moderat.

Penularan dan Gejala Flu Burung

H5N7 menular melalui kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi, namun bukti terbaru menunjukkan kemungkinan penularan terbatas dari manusia ke manusia di lingkungan rumah tangga.

Gejala awal meliputi demam tinggi, batuk kering, nyeri otot, diikuti dengan kesulitan bernapas. Beberapa pasien mengalami penurunan saturasi oksigen secara drastis dan masuk ke kondisi kritis dalam waktu kurang dari 48 jam.

Menurut Dr. Maria Van Kerkhove dari WHO, virus ini menunjukkan “kemampuan mutasi cepat” dan memiliki potensi pandemi jika tidak dikendalikan secara ketat.

Langkah-Langkah Global

Pemerintah Tiongkok telah menutup lebih dari 1.200 pasar unggas hidup dan memusnahkan jutaan ayam serta itik dalam rangka memutus rantai penularan. India dan Vietnam juga memberlakukan karantina ketat di wilayah terdampak dan melarang ekspor unggas.

Negara-negara lain, termasuk Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Filipina, telah memperketat pengawasan di bandara dan pelabuhan. Pemerintah Indonesia bahkan mengaktifkan kembali Posko Kewaspadaan Pandemi Nasional serta menyiapkan rumah sakit rujukan di setiap provinsi.

Upaya Vaksin dan Terapi Flu Burung

Berbagai perusahaan farmasi dunia seperti Pfizer, Moderna, dan Sinovac mulai berlomba mengembangkan vaksin untuk H5N7. Lembaga riset di Inggris dan Jerman juga tengah melakukan uji klinis tahap awal.

Menurut WHO, vaksin pertama baru akan siap digunakan paling cepat akhir tahun 2025, tergantung dari hasil efikasi dan keamanan dalam uji coba.

Sementara itu, kombinasi antivirus Oseltamivir dan Favipiravir digunakan sebagai pengobatan lini pertama, meskipun belum ada terapi spesifik untuk varian ini.

Kekhawatiran WHO dan Kesiapan Dunia

Direktur Jenderal WHO, Dr. Tedros Adhanom, menyatakan bahwa “dunia belum cukup siap untuk pandemi berikutnya,” mengingat masih lemahnya sistem respons epidemiologi di negara-negara berkembang.

Ia menyoroti pentingnya kerja sama internasional, pendanaan global untuk penelitian vaksin, serta perlunya sistem deteksi dini yang lebih canggih.

Ancaman Nyata, Respons Harus Cepat

Munculnya H5N7 adalah peringatan bahwa ancaman pandemi tidak pernah benar-benar hilang. Meski skala penyebarannya belum sebesar COVID-19, dunia tidak boleh lengah.

Respons cepat, transparansi data, dan kolaborasi lintas negara menjadi kunci mencegah krisis global lanjutan. Bagi Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya, kesiapan sistem kesehatan dan kesadaran masyarakat menjadi garis pertahanan pertama dalam menghadapi tantangan ini.

By Admin