Mengenal Sejarah Manusia Purba, Benarkah Manusia Berasal dari Kera
Kehidupan manusia purba sebagai nenek moyang manusia saat ini dapat dilihat dari fosil berbagai jenis manusia purba yang pernah ditemukan. Lantas apakah manusia berasal dari kera seperti teori evolusi yang dikemukakan Charles Darwin?
Hai Sobat Pintar, belajar sejarah tak lengkap rasanya jika tidak menyinggung mengenai sejarah manusia purba yang ditemukan di Indonesia ataupun di dunia. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan manusia purba? Manusia purba kerap disebut dengan “Pre-historic” atau manusia pra sejarah. Namun kemudian penggunaan sebutan pra sejarah digantikan dengan pra aksara (belum mengenal tulisan). Sesuai dengan namanya, manusia pra aksara merupakan jenis manusia yang hidup di zaman sebelum mengenal tulisan.
Lalu benarkah manusia berasal dari kera? Pertanyaan tersebut sering muncul saat belajar sejarah manusia purba yang mengacu pada teori evolusi Darwin. Padahal sebenarnya, teori evolusi tidak menjelaskan secara langsung mengenai hubungan manusia dengan kera. Teori evolusi menyatakan bahwa semua makhluk hidup di dunia bahkan manusia berasal dari nenek moyang yang sama. Kemudian seiring berjalannya waktu percabangan spesies terjadi karena beberapa faktor seperti kondisi geografis. Dalam prosesnya, manusia kemudian berevolusi dan memiliki ciri khas masing-masing sesuai keadaan geografis yang mereka tinggali.
Persebaran Manusia Purba
Photo by Brett Zeck on Unsplash
Sejarah tentang manusia purba dimulai dari dugaan bahwa manusia purba telah melakukan pergerakan dari Afrika Tengah ke Afrika Selatan sejak 60.000-50.000 tahun SM. Di tahun 50.000 hingga 45.000 SM manusia purba mulai menyebar luas ke Arab, India, dan Indonesia. Dari sini, mereka kemudian mencapai Australia, Jepang, Cina, Alaska, hingga Amerika Utara.
Perkembangan kehidupan manusia purba terhalang oleh mencairnya suhu di bumi atau sering disebut sebagai Zaman Es yang berlangsung sekitar tahun 45.000-40.000 tahun SM. Persebaran manusia purba kemudian berlanjut sampai ke Kazakhstan dan Mongolia pada 35.000-30.000 SM. Sejak saat itu, manusia purba dari Kazakhstan (Kaukasoid) menyebar ke Eropa. Penyebaran terus terjadi hingga pada 20.000-10.000 SM manusia purba menduduki wilayah Afrika Selatan. Pergerakan manusia purba terus terjadi hingga menguasai seluruh daratan bumi pada tahun 10.000 SM.
Jenis Manusia Purba di Dunia
Persebaran manusia purba yang telah terjadi dibuktikan dengan ditemukannya fosil-fosil manusia purba dari berbagai jenis di dunia. Beberapa diantaranya adalah :
1. Ardipithecus Ramidus
Pertama kali ditemukan di Ethiopia, Afrika Timur oleh Yohannes Haile Selassie di tahun 1994, manusia purba Ardipithecus Ramidus diperkirakan hidup sekitar 4.4 juta tahun yang lalu dan sering dipanggil “Ardi”. Fosil bagian tubuhnya yang tersisa berupa tengkorak, gigi, tulang panggul, tangan, dan kaki yang berjumlah 35 bagian.
Fosil Ardipithecus Ramidus ditemukan di sekitar fosil hewan yang mengindikasikan bahwa mereka hidup di hutan. Diketahui bahwa jenis manusia purba ini memiliki berat sekitar 50 kilogram (kg), tinggi sekitar 120 centimeter (cm), pemakan buah-buahan, daun, serta mamalia kecil. Otot kakinya besar dan volume otak sama dengan milik simpanse.
2. Australopithecus Africanus
Manusia purba jenis ini diperkirakan hidup sekitar 3,3 hingga 2,1 juta tahun yang lalu. Berawal dari ditemukannya fosil pada tahun 1924 oleh anak-anak di daerah Taung, dekat Vryburg, Afrika Selatan yang kemudian diteliti oleh Prof. Raymond Dart dan diberi nama Australopithecus Africanus. Manusia purba jenis ini memiliki kombinasi fisik manusia dan fisik kera. Lengannya panjang dan lekukan wajahnya kuat. Selain itu, bagian tulang panggul, tulang paha, bahu, tangan, dan tulang kakinya
3. Sinanthropus Pekinensis
Diperkirakan hidup sekitar 780.000 hingga 230.000 tahun yang lalu, Sinanthropus Pekinensis pertama kali ditemukan di Zhoukoudian (Zhou Kou Tien), dekat Beijing, Tiongkok. Fosil Sinanthropus Pekinensis dinamai sebagai manusia Peking Man dan dikelompokkan sebagai manusia purba berdasarkan giginya oleh arkeolog, Davidson Black tahun 1927. Volume otaknya diperkirakan sekitar 1.000 centimeter kubik (cm3) hingga 300 cm3, sama seperti volume otak manusia saat ini. Ciri-ciri ini membuat mereka mirip dengan Pithecanthropus Erectus yang ditemukan di Indonesia. Hal yang membedakan adalah kapasitas tengkorak Sinanthropus Pekinensis lebih besar dengan gigi taring yang tidak tumpang tindih.
4. Homo Rhodesiensis
Penambang bernama Tom Zwiglaar di tahun 1921 tidak sengaja menemukan fosil Homo Rhodesiensis saat sedang mencari bijih besi di gua-gua di Rhodesia Utara (sekarang Zambia), Afrika Timur. Homo Rhodesiensis hidup sekitar 400.000 hingga 125.000 tahun yang lalu. Ciri fisiknya antara lain memiliki bagian punggung alis yang besar dan lebar, hidung besar, kening menonjol, dan tonjolan di bagian belakang tengkorak. Selain itu, mereka juga sudah berjalan tegak, sehingga disebut sebagai African Neanderthal.
5. Homo Cro-Magnon
Homo Cro-Magnon diperkirakan sebagai manusia modern (Homo Sapiens) tertua dari Eropa. Manusia purba jenis ini diperkirakan hidup sekitar 40.000 hingga 10.000 tahun yang lalu. Fosilnya telah ditemukan di tahun 1868. Para arkeolog memperkirakan mereka sebagai nenek moyang ras Kaukasoid di Eropa. Homo Cro-magnon diperkirakan telah mampu berkomunikasi dan memiliki lebih banyak kosakata dibanding Homo Neanderthal.
Jenis Manusia Purba di Indonesia
Photo by Meg Jerrad on Unsplash
Adanya jenis manusia purba di Indonesia tidak lepas dari peran persebaran manusia purba yang datang ke kepulauan Indonesia. Dari situlah kemudian muncul beberapa jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia.
1. Meganthropus Paleojavanicus
Dilihat dari namanya, sudah dapat ditebak bahwa manusia purba jenis ini ditemukan di wilayah Jawa tepatnya di Sangiran, Jawa Tengah oleh von Koenigswald pada tahun 1936-1941. Meganthropus Paleojavanicus berarti manusia besar tertua dari Jawa.
2. Pithecanthropus
Pithecanthropus memiliki arti manusia kera, dengan Jenis manusia purba ini ditemukan di beberapa tempat. Tempat pertama adalah di Lembah Bengawan Solo, Jawa Tengah oleh Eugene Dubois pada 1891. Pithecanthropus ini kemudian diberi nama Pithecanthropus Erectus atau manusia kera berbadan tegak.
Selain di Lembah Bengawan Solo, Jawa Tengah, fosil Pithecanthropus juga ditemukan di Ngandong, Solo, Jawa Tengah. Fosil ini dinamai Pithecanthropus Soloensis yang berarti manusia kera berbadan tegak dari Solo
Fosil lain ditemukan di Mojokerto, Jawa Timur sehingga manusia purba jenis Pithecanthopus ini dinamai dengan Pithecanthropus Mojokertensis. Jenis ini memiliki ciri tinggi sekitar 165-180 cm dan diduga sebagai fosil dengan usia tertua di Indonesia. Fosil manusia purba ini ditemukan oleh von Koenigswald pada 1936.
3. Homo Sapiens
Jenis manusia ketiga adalah homo sapiens yang artinya manusia cerdas, yang dimaksudkan untuk penyebutan manusia purba modern. Di Indonesia jenis ini dibagi menjadi Homo Wajakensis, Homo Soloensis, dan Homo Floresiens dengan ciri-ciri Homo Sapiens yang khas pada masing-masing fosilnya.
Homo Wajakensis merupakan jenis homo pertama sekaligus fosil pertama yang ditemukan di Asia pada 1889 di Wajak, Tulungagung, Jawa Timur oleh Rietschoten.
Pada tahun 1931-1933 van Koenigswald, Ter Haar, dan Oppenoorth menemukan fosil Homo di Sangiran, Jawa Tengah. Fosil ini kemudian disebut sebagai Homo Soloensis.
Penemuan penting juga ditemukan di Flores, Nusa Tenggara Timur. Hal ini cukup mengcengangkan karena sebelumnya fosil banyak ditemukan di Pulau Jawa dan fosil dari Flores ini memiliki ciri-ciri sedikit berbeda karena tinggi badannya diperkirakan lebih pendek dibandingkan dengan jenis Homo lainnya, sehingga beberapa ahli menyebutnya sebagai manusia “Hobbit”. Peneliti yang menemukan fosil ini adalah Peter Brown dan J. Morwood bersama dengan tim peneliti dari Indonesia pada 2003 dan diberi nama Homo Floresiensis.
Cara Hidup Manusia Purba
Dari penemuan fosil manusia purba, peneliti kemudian menganalisis dan mengidentifikasi bagaimana cara hidup manusia purba. Peneliti kemudian membaginya menjadi beberapa babak/masa berdasarkan alat yang dihasilkan.
Masa pertama adalah masa Paleolitikum (zaman batu tua), manusia purba hidup dengan berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana. Mesolitikum (zaman batu tengah), manusia purba hidup dengan berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut. Neolitikum (Batu muda), manusia hidup dengan berburu dan mulai bercocok tanam. Megalitikum (zaman batu besar), manusia purba hidup dengan bercocok tanam dan lebih modern.
Dari pembagian masa tersebut, manusia terus berkembang ke arah kemajuan untuk bertahan hidup. Manusia purba yang terus berkembang itulah yang menjadi cikal bakal nenek moyang bangsa Indonesia.
Sobat Pintar jangan lupa download aplikasi Aku Pintar di Play Store atau App Store, ya! Ada fitur Belajar Pintar yang bakal nemenin Sobat belajar di rumah. Simak juga artikel-artikel lainnya, yaa.
Writer: Ruli Nur Sokhikah
Editor: Muhammad Fahmi Ridlo
BACA LAINNYA : Candi Ratu Boko