Beritababe – Erupsi Gunung Lewotobi FLORES UTARA – Gunung Lewotobi Laki-Laki di Nusa Tenggara Timur (NTT) kembali menjadi sorotan nasional bahkan internasional setelah dua kali mengalami erupsi hebat pada awal Juli 2025. Gunung yang dikenal sebagai bagian dari gunung kembar bersama Lewotobi Perempuan ini menunjukkan aktivitas vulkanik ekstrem yang menimbulkan kepanikan di wilayah sekitar serta mengganggu sektor penerbangan dan pariwisata secara luas.
Kronologi Erupsi Gunung Lewotobi dan Dampaknya
Letusan pertama Erupsi Gunung Lewotobi tercatat terjadi pada pagi hari tanggal 7 Juli 2025, disusul oleh letusan kedua pada malam harinya. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melaporkan bahwa erupsi disertai lontaran lava pijar, awan panas, dan gas beracun yang menyapu radius lima kilometer dari kawah utama. Kolom abu vulkanik mencapai ketinggian antara 11 hingga 18 kilometer dan menyebar ke arah barat laut, mempengaruhi jalur penerbangan regional dan internasional.
Bandara Ngurah Rai di Bali tetap beroperasi, namun lebih dari 20 penerbangan internasional—terutama yang menuju dan dari Australia, Singapura, dan Korea Selatan—harus dibatalkan atau dijadwal ulang. Hujan abu juga menyebabkan langit gelap gulita selama sekitar 30 menit di beberapa desa di kaki gunung, menghambat aktivitas warga serta menyebabkan gangguan pernapasan dan cedera ringan pada saat evakuasi mendadak dilakukan.
Beberapa rumah warga mengalami kerusakan ringan hingga sedang akibat material pijar dan tekanan gelombang letusan. Tanaman pertanian yang baru ditanam pun rusak karena tertutup debu tebal, menyebabkan potensi krisis pangan lokal jika erupsi berlangsung dalam waktu lama.
Tanggap Darurat dan Proses Evakuasi akibat Erupsi Gunung Lewotobi
Pemerintah daerah dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dengan sigap menaikkan status darurat Erupsi Gunung Lewotobi dan memperluas zona merah menjadi tujuh kilometer dari puncak kawah. Evakuasi besar-besaran pun dilakukan di lebih dari 10 desa, termasuk Nangahale, Konga, dan beberapa titik rawan di kabupaten Sikka dan Flores Timur.
Ribuan warga dievakuasi menuju tempat-tempat pengungsian yang telah disiapkan sebelumnya. Tenda darurat, dapur umum, masker, dan logistik kesehatan mulai didistribusikan sejak 8 Juli. Evakuasi melibatkan ratusan personel gabungan dari TNI, POLRI, BPBD, PMI, dan relawan lokal. Masyarakat yang mengungsi sebagian besar adalah lansia, anak-anak, dan ibu hamil yang sangat rentan terhadap paparan abu vulkanik dan gas sulfur.
Salah satu warga, Maria Nenotek (38), mengaku trauma berat karena letusan tersebut mengingatkan pada bencana serupa yang terjadi pada tahun sebelumnya. “Kami semua panik. Batu panas berjatuhan, rumah bergetar, dan kami harus lari dengan cepat tanpa sempat membawa barang apa-apa,” ujarnya.
Riwayat Aktivitas Vulkanik Gunung Lewotobi
Gunung Lewotobi merupakan gunung api kembar dengan dua puncak, yaitu Lewotobi Laki-Laki dan Lewotobi Perempuan. Keduanya dikenal cukup aktif dan telah beberapa kali meletus dalam sejarahnya. Letusan besar terakhir terjadi pada November 2024, namun aktivitas vulkanik telah terpantau sejak Maret hingga Juni 2025. PVMBG bahkan menetapkan status Siaga (Level IV) sejak Mei, menyusul peningkatan tremor dan pengumpulan magma yang terus berlangsung.
Letusan terbaru kali ini diyakini terjadi akibat tekanan magma besar yang terakumulasi di bawah permukaan, akhirnya memecah batuan keras penutup kawah dan melepaskan tekanan secara eksplosif. PVMBG menyatakan bahwa karakter letusan Gunung Lewotobi bersifat strombolian hingga vulkanian, yang cenderung menghasilkan letusan tinggi dengan material padat.
Ancaman Jangka Panjang dan Kerugian Ekonomi
Meski belum ada laporan korban jiwa akibat Erupsi Gunung Lewotobi, risiko lanjutan berupa lahar dingin menjadi perhatian utama, terutama di musim hujan yang dapat memperparah aliran material vulkanik di sungai-sungai sekitar. Masyarakat diminta untuk menghindari jalur sungai dan lereng curam di sekitar kawasan rawan.
Kerugian ekonomi akibat erupsi ini juga mulai terasa, terutama di sektor pariwisata dan transportasi. Hotel-hotel di Flores dan Bali mengalami lonjakan pembatalan, sementara maskapai penerbangan harus menanggung beban biaya tambahan akibat perubahan jadwal dan pengalihan rute.
Pelajaran dan Langkah Mitigasi Bencana
Erupsi Gunung Lewotobi kembali mengingatkan semua pihak akan pentingnya mitigasi dan kesiapsiagaan bencana alam, khususnya di Indonesia yang berada di jalur Cincin Api Pasifik. PVMBG terus meningkatkan pemantauan dengan alat seismometer dan teknologi drone untuk memantau perubahan morfologi kawah. Sistem peringatan dini juga diperbarui agar informasi bisa lebih cepat sampai ke warga.
Selain itu, edukasi publik dan simulasi evakuasi harus diperkuat agar masyarakat tidak hanya siap menghadapi letusan, tetapi juga mampu bertindak cepat dan tepat. Kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat sipil menjadi kunci dalam menghadapi bencana alam seperti ini.
Erupsi Gunung Lewotobi bukan hanya menjadi peringatan alam, tapi juga panggilan nyata untuk memperkuat sistem mitigasi, edukasi, dan manajemen risiko bencana di daerah rawan. Selama kesiapan tetap tinggi, dampak dari bencana alam seperti ini masih bisa diminimalkan demi keselamatan bersama.